Kamis, 06 Oktober 2011

Tumbang Lahang Tempoe Doeloe



Wah ekspresi orang-orang pada foto diatas terlihat sangat gembira. Inilah potret Tumbang Lahang tempoe doeloe. Hehehe… Lihat saja, foto ini sepertinya diambil pada sebuah pesta, mungkin pernikahan atau semacamnya. Walau dengan tape atau cassette player sederhana tapi semua bergembira. Mungkin bagi anak muda sekarang tape player seperti itu tidak ada apa-apanya dibanding dentuman bunyi speaker dari mp3 player, tapi lihat saja ekspresi orang-orang ini, sangat gembira. Foto-foto ini diambil dari koleksi album keluarga Daendel Sya’a. Masih tersimpan rapi didalam lemari rumah mereka.

Lihat juga foto terakhir berikut. Sekelompok orang sedang duduk di ruang tamu sebuah rumah sambil menikmati kopi dan sepertinya mendengarkan music juga. Keren, tidak berbeda jauh dari gaya jaman sekarang.

Hehehe… Sekedar berbagi….





Rabu, 05 Oktober 2011

Durian Tumbang Lahang


Durian, (Dahuyan dalam bahasa Dayak) siapa yang tidak kenal buah yang kontroversi ini. Kulit yang berduri dan bau yang menyengat. Tapi dibalik itu semua terdapat rasa yang luarbiasa (bagi para pecinta durian).

Penulis mendapatkan cerita dari seorang teman berkewarganegara asing bahwa hampir semua dari mereka tidak menyukai durian (karena mereka umumnya tidak menyukai bau yang menyengat). Pada suatu pertemuan di kantor (di Palangka Raya lagi banyak yang jual durian), dia bercerita bahwa dia ditodong untuk makan durian pada waktu kunjungannya ke wilayah kerja kami, terang saja dia menolaknya karena dari jauh sudah terasa bau yang luarbiasa itu. Setelah dipaksa dan dengan pertimbangan menghormati orang yang menawarkan durian maka dengan terpaksa dia memakan durian tersebut. Dan ternyata, wah dia menyukainya. Singkat cerita, selesai pertemuan pada sore harinya seorang teman lainnya berinisiatif membeli buah durian, ternyata benar, penulis melihat dengan mata kepala sendiri bahwa teman kami ini sangat menikmati durian tersebut dengan gaya makan yang terlihat enjoy sekali.

Disisi lain cerita tentang durian. Pada suatu malam penulis menonton sebuah acara televisi  yang bertema uji nyali dan kemampuan (nama acaranya sudah pasti pada tau). Nah, disatu sesi dari uji nyali tersebut mereka mendapat tantangan memakan makanan yang mengerikan. Ada bermacam sajian disuguhkan termasuk buah tropis yang kontroversi ini, buah dari Asia, yaitu durian. Dalam fikiran penulis “ya ampun, tega sekali mengatakan durian adalah buah yang mengerikan”. Mereka menatap buah durian yang sudah dikupas tersebut dengan tatapan jijik dan mual. Tega ya??!!! Padahal mereka belum coba memakannya. O iya, pada waktu itu peserta uji nyali itu adalah para pegulat WWE.

DURIAN TUMBANG LAHANG

Nah ini dia… Dari berbagai cerita yang pernah penulis dengar, hanya durian dari Kalimantan lah yang paling enak. Salah satunya dari Tumbang Lahang. Tidak tau alasannya apa bahwa durian Kalimantan lah yang paling enak dibanding durian dari daerah lain di Indonesia.

Lebih spesifik penulis ingin bercerita tentang durian dari desa Tumbang Lahang. Jika punya waktu luang jangan lupa berkunjung ke desa ini. Tentunya pada saat musim durian. Tapi musimnya tidak menentu, bergantung pada cuaca, karena pohon durian disini tumbuh secara alami dan bergantung pada musim. Mungkin itu yang menbuatnya menjadi lebih enak. Hampir semua penduduk di desa ini memiliki kebun durian. Ada yang mewarisi secara turun-temurun, ada juga yang menanam sendiri. Pohon-pohon durian ini dibiarkan tumbuh tanpa perawatan setelah ditanam (dulunya) tapi sekarang ada yang mencoba membudidayakan. Pohon durian biasanya menjulang tinggi mencapai 20 meter atau lebih dengan diameter batang sekitar 1 – 2 meter. Pohon durian ini banyak ditemukan di pinggiran desa yang disebut Dukuh/Kaleka yaitu bahasa Dayak untuk nama sebuah tempat asal para orang tua atau nenek moyang sebelum berpindah ke desa. Jarak dari desa menuju Kaleka pun tidak begitu jauh, dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan rata-rata jarak tempuhnya 10 – 15 menit saja. Jumlah pohonnya pun bervariasi, ada yang puluhan atau beberapa batang saja. Maklum, mungkin dahulu menanamnya mungkin hanya ditabur bijinya karena jenis pohon ini mudah tumbuh. Nah itu sebabnya kalau durian yang begitu enak ini bisa membanjir pada saat musim berbuah. Yang punya kebun jadi banyak uang pada saat musim seperti ini. Bagaimana tidak, satu kebun bias mencapai puluhan batang. Buahnya enak-enak lagi. Hehehehe…

Jadi kangen durian…
Suasana dibawah pohon durian

Ini ada bukti lain kalau durian itu disukai. Pada tahun 2005 penulis mendapat email dari seorang teman berkebangsaan Amerika, David Blake. Mereka sekeluarga pernah tinggal beberapa waktu di Palangka Raya bahkan anak bungsu mereka lahir di Indonesia. Tapi sekarang mereka tinggal di Davao City, Philippines. Mereka keluarga penggemar durian, walau istrinya yang tidak terlalu suka. Mau tau isi emailnya? Ini dia… Foto disaat mereka senang bisa mendapatkan durian di Pilippines. Wkwkwkwk…
Durian Paradise di Davao City


Keluarga Blakes sedang makan durian. Anna (baju merah)
Laura (baju merah muda) dan Melati (si bungsu yang lahir di Indonesia)